RESTORASI MEIJI Jumat, Mar 16 2012 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A.    Latar Belakang Masalah

Kaisar meizi pindah dari kyoto ke tokyo sebagai ibukota baru Jepang setelah jatuhnya Tokugawa. Karena kaisar masih berumur 15 tahun, kekuasaan yang sebenarnya dipemerinthan berpindah dari tokugaa bakufu kepada sekelompok kecil aristokrat dan samurai. Mereka inilah yang resmi bertindak menjadi semacam dewan penasehat kaisar.

      Tanggal 3 Januari 1868 terjadi suatu peristiwa yang sangat penting dalam sejarah bangsa jepang yaitu ketika dikyoto sejumlah samurai melakukan semacam ’kudeta’ terhadap kekuasaan shogun dari keluarga (clan) tokugawa yang telah memerintah jepang selama lebih dari dua setengah abad. Peristiwa penting ini ditandai oleh terjadinya perubahan dalam sisitem dan bentuk kekuasaan yang mememrintah di Jepang yang selama ini dipegang oleh shogun sebagai penguasa tunggal pemerintah.

      Sebagai kelanjutan dari peristiwa kudeta tersebut, selain mengembalikan kekuasaan kaisar juga diikuti oleh berbagai kebijakan-kebijakan yang merugikan dan masuknya budaya,ilmu pengetauan,pendidikan, dan teknologi asing khususnya barat yang menghilangkan jati diri dari jepang itu sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas tersebut  munculah permasalahan dan kelompok kami merumuskan permasalahan tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, yang akan diuraikan dalam makalah.

1.   Bagaimana Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Restorasi Meiji ?

  1. Bagaimana Proses Terjadinya Peristiwa Restorasi Meij ?
  2. Bagaimana  Dampak dari Peristiwa Restorasi Meiji ?

 

D.Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan makalah ini yaitu:

  1. Untuk mengetahui tentang Bagaimana latar belakang terjadinya peristiwa restorasi meiji
  2. Untuk mengetahui bagaimana proses peristiwa restorasi meiji
  3. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari peristiwa restorasi meiji

 

E. Sistematika penulisan

Penulisan makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab satu, Pendahuluan yang memuat Latar belakang masalah, masalah prosedur pemecahan masalah dan sistematika penulisan.

Bab dua, Menampilkan tentang isi yang berkaitan dengan peristiwa restorasi meiji.

Bab Tiga, Kesimpulan dan saran, merupakan simpulan dan juga saran-saran dari uraian tentang isi  yang ada pada bab II,disertai pandangan penulis.

 

 

 

 

BAB II

RESTORASI  MEIJI

 

 

2.1. Latar Belakang Restorasi Meiji

 

Sebelum tahun 1867, maka Tenno (Kaisar) tidak memegang pemerintahan sendiri. Ia hanya sebagai simbol Negara yang tinggal  dalam istananya diKyoto. Pemerintahan Negara diserahkan kepada seorang Shogun yang menetukan segala-galanya dan merupakan kekuasaan tertinggi di Jepang. Tiap daerah diperintah oleh seorang Daimyo (tuan tanah) yang memiliki tentara sendiri. Tentara sendiri ini merupakan kaum militer yang disebut kaum Samurai (pemerintahan perkemahan militer). Pemerintahan semacam ini disebut pemerintahan Bakufu yang berkuasa di Jepang mulai tahun 1186 – 1867.

Sebelum Restorasi Meiji berkuasa penuh atas Jepang, pemerintahan Bakufu (Shogun) terutama zaman Shogun Tokugawa, Jepang dalam hal ini menerapkan politik Isolasi (Sakoku). Pemerintahan Shogun Tokugawa mulai berkuasa di Jepang pada abad ke 16, dimana ketika itu terjadi perang saudara antar para samurai dan penguasa-penguasa daerah bertempur satu sama lain untuk mendapatkan kekuasaan tertinggi ditangannya masing-masing. Perang itu reda tahun 1590 berkat jasa Hideyoshi Toyotomi, kemudian usaha diperkuat kembali oleh Ieyasu Tokugawa.Tokugawa kemudian berhasil memperkuat  dirinya sehingga ia muncul sebagai penguasa tunggal untuk seluruh kepulauan Jepang  dan mengambil alih kekuasaan pada tahun 1603. Pemerintahannya terletak di wilayah Edo (sekarangTokyo). Kebijakan yang dilakukannya diantaranya menutup Jepang bagi dunia luar pada tahun 1639, yang bertujuan untuk melestarikan persatuan nasional dan nilai-nilai budaya asli Jepang. Ini artinya Jepang menolak masuknya bangsa-bangsa asing kewilayahnya. Sebenarnya pada masa sebelumnya orang-orang Barat sudah masuk ke pantai Jepang yakni saudagar portugis pada tahun 1543 yang memperkenlkan senjata api. Beberapa tahun kemudian datang misionaris dari Ordo Yesuit pimpinan Fransiscus Xaverius dan serombongan orang Spanyol.Parasaudagar Belanda dan Inggris juga dating ke Jepang. Masuknya orang-orang Eropa membawa pengaruh mendalam yaitu para misionaris berhasil menarik pengikut baru.Pemerintahan Shogun sadar akan ancaman bangsa asing, maka oleh karena itu agama Kristen dilarang di Jepang. Para misionaris dilarang masuk dan bangsa asing terutama Belanda dan Cina hanya dibatasi ruang geraknya di pulau Deshima, dekat Nagasaki.

Selama dua setengah abad, pulau Deshima menjadi titik kontak hubungan Jepang dengan peradaban dari Eropa. Melalui pintu inilah para sarjana Jepang menimba ilmu pengetahuan dan sekaligus berkenalan dengan teknologi yang lebih maju.Selama zaman itu, Jepang mengalami perkembangan yang mengarah kepada sikap kebanggaan diri sempit. Berkembangnya kapitalisme akibat timbulnya Revolusi Industri menyebabkan bangsa Barat ke luar wilayahnya untuk mencari sumber bahan baku dan daerah pemasaran bagi industrinya. Hal ini kemudian menyebabkan bangsa asing membuka hubungan dengan Jepang.

Bangsa asing yang mencoba membuka hubungan dengan Jepang ialah Rusia. Pada tahun 1792  Rusia mengirim utusannya bernama Adam Laxmann, tapi utusan Rusia tersebut diusir oleh penguasa Jepang. Kemudian pada tahun 1853 Commodor Perry memasuki pelabuhan Uraga dengan kapal-kapal perangnya, ia membawa surat dari Presiden Amerika Serikat yang berisi permohonan membauka hubungan dengan Jepang. Tapi Shogun minta diberi waktu untuk merundingkannya dengan Kaisar dan para Daimyo. Sebenarnya dalam hal ini timbul perselisihan di Istana dan Daimyo antara yang pro maupun kontra dengan pembukaan hubungan dagang dengan Amerika Serikat. Kemudian Commodor Perry datang kembali pada tahun 1854 dengan tujuh buah kapal perang, Shogun kemudian tidak dapat menolak dan lahirlah hubungan dengan pihak Amerika Serikat dengan adanya perjanjian Shimoda (30 Maret 1854), yang berisi pembukaaan pelabuhan Shimoda dan Hakadote untuk asing yang tujuannya sebagai tempat persedian bahan bakar, makanan dan air. Pada tahun 1858 diadakan perjanjian persahabatan dagang dan persahabatan dengan Amerika Serikat (Townsend Harris Agrement), yang isinya pembukaan pelabuhan lain seperti Yokohama, Nagasaki, Kobe, Tokyo, Niigata, Osaka, Kanagawa, Hyogo, diakui pula hak menetap warganegara  Ameika, penempatan duta dan konsul, hak ekstrateritorial untuk warga Amerika. Kemudian dibuka pula perjanjian serupa dengan Rusia, Belanda, Perancis, Inggris. Tenno (Kaisar) dalam hal ini tidak menandatangani perjanjian tersebut, sehingga hanya Shogun yang menandatangani sendiri dengan diwakilkan pada Menteri Li Naosuke. Ini kemudian oleh para Daimyo pro Tenno dan golongan anti Shogun sebagai tindakan penghinaaan untuk Tenno.

Pembukaaan hubungan dengan bangsa lain mengakibatkan beberpa hal, diantaranya :

Meluapnya perasaan anti Shogun karena Shogun dianggap menjual tanah airnya kepada bangsa asing.

Ekonomi Jepang kacau karena ekspor yang berlebihan ke Negara lain sehingga menyebabkan harga barang di dalam negeri naik dan langka. Hal lainnya ialah Orang asing ke Jepang membawa mata uang perak untuk membeli mata uang emas sehingga emas mengalir keluar Jepang.

Pemberontakan Satsuma dan Chosu (1863).

Dua keluarga ini sangat anti pada Shogun. Tindakan Shogun yang membuka hubungan dengan bangsa asing dianggap sebagai penghinaaan, sehingga mereka membunuh orang-orang asing dan menyerang angkatan laut Amerika Serikat  dipelabuhanShimonoseki.

Memperkuat gerakan pro Tenno. Tenno yang menolak menandatangani        perjanjian dianggap sebagai orang kuat, maka golongan pro Tenno beranggapan Shogun harus mengembalikan kekuasaaan kepada Tenno.

Runtuhnya kekuasaan Shogun Tokugawa ( pengembalian kekuasaan kepada Tenno 14 Desember 1867). Pada tahun 1867 waktu keadaan  Tenno dan Shogun menjadi tegang, bangsa asing hendak ikut campur. Tetapi baik Tenno maupun Shogun menolaknya. Tanggal 19 Nopember 1867 Yoshinobu (Shogun) menyerahkankekuasaan kepada Tenno dan tanggal 14 Desember 1867 Meiji Tenno memegang tampuk pemerintahan Jepang dan membuka zaman baru yang gilang gemilang dengan Jepang.

 

2.2. Gerakan Pembaharuan Restorasi Meiji

Meizi Tenno (mutsuhito 1867-1912) Memindahkan ibukotadariKyotokeTokyo(1868). Berdasarkan shintoisme diciptakannya bendera kebangsaan jepang (Hinomaru) yang berdasarkan atas ameterasu sebagai dewa matahai dan lagu kebangsaan kimigayo berdasarkan atas keabadian tenno sebagai dewa. Shintoisme diresmikan sebagai agama negara. Ini semua untuk menjamin kekokohan kebangsaan jepang yang akan dijadikan dasar modernisasi Jepang yang nanti akan dijalankan. Setelah itu Meiji Tenno mengeluarkan proklamasinya yang terkenal pada tanggal 6 April 1868 yang isinya adalah :

  1. akan dibentuk parlemen.
  2. harus bersatu untk mencapai kesejahteraan bangsa.
  3. semua jabatan terbuka untuk semua orang.
  4. adat istiadat kolot yang menghalang-halangi kemajuan harus dihapuskan.
  5. mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk pembangunan negara.

Dengan ini maka restorasi meizi besar sekali artinya bagi Jepang.

 

2.2.1 Pembangunan Besar-besaran Secara Modern

A Pemerintahan.

Tenno menjadi kepala negara. Feodalisme dihapuskan. Daimyo dijadikan pegawai negeri dan tanah yang mereka kuasainya diserahkan kepada Tenno. Pemerintahan diatur secara barat dengan kabinet parlemen.

B. Angkatan perang

Angkatan perang dibangun secara modern, angkatan darat (dipegang oleh keluarga Choshu) sesuai dengan metode negara Jerman dan angkatan laut (dipegang oleh keluarga Satsuma) sesuai dengan negara Inggris. Tiap warga negara yang berumur 20 tahun harus mengikuti latihan militer dan setelah itu untuk praktek dikirim beberapa lama ketempat perbatasan; yang berbahaya. Kementrian pertahanan tidak bertanggung jawab kepada parlemen tetapi kepada Tenno. Dengan ini kementrian pertahanan sangat kuat kedudukannya dan akhirnya menjelma menjadi Gunbatsu (pemerintah diktator Militer). Tidak ada seorang pun yang berani mementang Gunbatsu. Separoh dari anggaran belanja negara diambl oleh Gunbatsu untuk memperkuat angkatan perang Jepang. Negara jepang akhirnya merupakan suatu benteng tentara yang besar dan kuat.

C. Industri

Mula-mula Jepang bekerja keras untuk menambah produksi teh dan suteranya yang sangat laku diluarnegri, untuk mendapatkan devisa diluar negeri yang cukup banyak untuk dapat membeli mesin-mesin modern yang dibutuhkan bagi modernisasi perusahaan teh, sutera, pertanian dan Industri. Mesin-mesin di impor sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dari Inggris. Ahli-ahli teknik didatangkan dari luarnegri kkhususnya Inggris untuk mendirikan pabrik-pabrik. Industri tekstil berkembang dengan hebat dan kemudian Jepang timbul sebagai saingan yang berat bagi Inggris dalam pasar tekstil diAsia. Dengan pesat Industri Jepang maju. Jepang menjadi negara modern yang mengagumkan dunia.

D. Pendidikan.

Restorasi Meiji menimbulkan pendidikan baru secara barat. Kewajiban belajar utnuk anak berumur 6 tahun, diharuskan bagi semua penduduk. Untuk tiap 600 penduduk diadakan 1 sekolah rendah. Negara dibagi menjadi 8 daerah pendidikan, tiap daerah itu diberi  32 buah buah sekolah menengah dan 1 buah universitas.

Banyak pelajar-pelajar yang dikirim keluar negri  untuk menyempurnakan ilmu pengetahuannya tentang peradaban barat. Sekembalinya di Jepang mereka terus ditugaskanm dalam pembangunan dan modernisasi negara. Dalam waktu kurang lebih 50 tahun jepang telah menjadi negara modern.

 

 

2.3 Dampak Restorasi Meiji

Jepang telah menjadi negara kuat dan modern, karena itu ingin bertindak  seperti negara-negara besar lainnya (Inggris, USA, Perancis, Jerman, Rusia). Dinegara tetangga Jepang yaitu Tiongkok, mereka berebut-rebutan jajahan. Jepang sebagai negara besar juga segera mengikuit jejak negara-negara besar lainnya. Jepang menjadi Imperialistis.

Sebab-sebab jepang menjadi imperialis :

– Kemajuan jepang mengakibatkan berlipat gandanya jumlah penduduk. Penduduk Jepang jadi padat hingga Jepang jadi negara minus. Jepang ingn mendapatkan jajahan

restriksi (pembatasan) imigrasi bangsa Jepang yang dijalankan oleh negra-negara lainnya menimbulkan reaksi jepang berupa Imperialisme.

– Industri besar-besaran di Jepang membutuhkan sumber bahan mentah dan pasar barang Industri yang luas.

– Harga diri sebagai negara besar yang ingin bertindak sebagai negara-negara besar  lainnya, ditambah dengan pelajaran Shinto tentang Hakko-ichi-u (dunia sebagai satu keluarga)yang mengatakan bahawa Jepang harus menyusun dunia ini sebagai suatu kekeluargaan yang besar yang tentunya Jepang sebagai kepala keluarga.

Ekspansi Jepang sebagai Negara Imperialis

            Jepang ingin meluaskan daerahnya untuk memenuhi tuntutan imperialismenya dengan melakukan tindakan-tindakan seperti :

Pertama Korea yang subur dan kaya akan pertambangan.Kedua letak korea juga dekat dengan Jepang merupakan pintu gerbang ke Mancuria kemudian Mancuria yang luas, subur dan kaya akan besi yang sangat dibutuhkan untuk industri Jepang, dan setelah itu Tiongkok dengan minyak dan batu baranya yang berlebih-lebihan juga baik sekali sebagai pasar barang industri Jepang karena sangat banyak penduduknya dan pada akhirnya seluruh Asia dikuasai Jepang.   

Sumber:

Beasley,W.G.(2003).Pengalaman Jepang : Sejarah Singkat Jepang.

            Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Fukutake, T.(1981). Masyarakat Jepang Dewasa. Jakarta : PT Gramedia.

Mangandaralam, S.(1986). Mengenal dari dekat Jepang, Negara Matahari Terbit

            Bandung: Remaja Karya .

Sakamoto, T.(1982). Jepang Dulu dan Sekarang.

 Yogjakarta : Gajah Mada University Presss

Soebantardjo.(1962). Sari Sejarah : Asia-Australia. Yogjakarta : Bopkri

REVOLUSI LIBYA DI BAWAH PIMPINAN MUAMMAR GADDAFI Jumat, Mar 16 2012 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.    Latar Belakang Masalah

Afrika benua yang disebut-sebut sebagai benua hitam, namun menyimpan kekayaan alam berlimpah dimulai dari flora maupun faunanya sendiri, hampir 80% fauna di dunia ada di benua el-Maghribi ini. Afrika juga merupakan benua yang penuh dengan bukit terjal berpuncak salju abadi, sabana yang bberangin, hujan kabut dingin, dan malam beku yang mencekam. Afrika adalah benua raksasa terbesar kedua di dunia setelah Asia. Demikian luasnya, seumpama Afrika ditumpangi Amerika Serikat, Eropa, India dan Jepang, masih banyak tanah yang tersisa.

Subur alamnya tidak sesubur suhu politiknya penduduk benua Afrika sering dikabarkan bentrok dengan permasalahan yang sama yaitu permasalahan ke-suku-an, ini terlihat ketika benua Afrika dipecah-pecah menjadi Negara-negara bagian. bagaikan potongan roti. Mesiki begitu Afrika tetaplah unik untuk dikaji seperti halnya bangsa Asia, Benua Afrika merupakan benua terjajah oleh orang-orang kulit putih, akibat dari itu semua benua Afrika menghasilkan orang-orang yang kontra akan kolonialisme dan menuntut kemerdekaan.

Libya bagian dari benua Afrika yang tidak terlepas dari kecarut-marutan politik negeri sendiri, hingga tidak aneh nbegeri ini pernah mengalami yang namanya revolusi, revolusi yang memang dipimpin seorang colonel yang mengubah Libya, Muammar Qadhafi seorang pemimpin besar revolusi Libya yang dikenal sebagai pemikir sosialis dan berideologi kerakyatan, mempunyai pandangan tentang sosialisme Islam, yaitu menurut dia, sosialisme Islam adalah sebuah bentuk cita-cita yang hendak mewujudkan persamaan dalam kesempatan dan keadilan sosial, namun tetap mengakui adanya pemilikan pribadi yang dalam konsep Arab dan Islam dianggap sebagai suatu hal yang sakral (dilindungi), karena Islam telah mengajarkan sosialisme sebelum Lenin dan Marx. Sosialisme Islam ini dijadikan sebagai dasar bagi kemerdekaan sosial dan politik, rakyat Libya dalam menghadapi penguasa korup yang tidak memihak pada rakyat. Pandangan Muammar Qadhafi tentang sosialisme, yang kemudian menjadi ruh perjuangan bangsa Libya demi tercapainya sebuah kemerdekaan sejati ini menarik untuk dikaji. Sehingga penulis mencoba untuk melakukan penelitian terhadap ide-ide yang Qadhafi bawa tentang sosialisme Islam dan pengaruhnya terhadap perjuangan rakyat Libya untuk mencapai sebuah revolusi

  1. B.     Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini telah dirumuskan sebagai berikut :

  1. Biografi Muammar Ghadafi?
  2. Bagaimana gerakan Revolusi dan pemikiran Muammar Ghadafi?
  3. Bagaimana Proses Muammar Ghadafi dalam melakukan revolusi?
  4. Bagaimana jalannya pemerintahan Muammar Ghadafi?
  1. C.    Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

  1. Mengenal Mu’amar Ghadafi sebagai tokoh revolusi yang berkuasaselama 4 dekade
  2. Mengetahui gerakan dan pemikiran M’amar Ghadafi dalam melakukan revolusi Libya
  3. Mengetahui pengertian integrasi masyarakat
  4. Mengetahui hubungan masyarakat dengan pranta social
  5. Mengetahui hubungan masyarakat dengan integrasi social
  6. Mengetahui masyarakat Indonesia dilihat dari konsep pranata dan integrasi`
  1. D.    Metode Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini menggunakan metode historis, metode ini dianggap bertumpu pada empat langkah, yaitu: Heuristic (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Metode ini diharapkan mampu mengeksplorasi persoalan yang ada dengan jalan mengkomparasikannya dengan data-data lain yang mendukung kajian ini. Hal ini diharapkan bisa menjadikan hasil penelitian ini lebih obyektif.

  1. E.     Sistematika Penulisan Makalah

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Metode Penulisan

E. Sitematika Penulisan

BAB II  PEMBAHASAN

  1. Biografi Muammar
  2. Gerakan dan Pemikiran Muammar Khadafi
  3. Revolusi Libya
  4. Dampak Pemerintahan Muammar Khadafi

BAB III  KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. A.    Biografi Muammar Khadafi

            Minyar Abu Muammar al-Qaddafi  Mu’ammar al-Qaāfī; juga dikenal secara sederhana sebagai Kolonel Gaddafi; lahir 1942) telah menjadi de facto pemimpin Libya sejak kudeta tahun 1969

From 1972, when Gaddafi relinquished the title of prime minister, he has been accorded the honorifics “Guide of the First of September Great Revolution of the Socialist People’s Libyan Arab Jamahiriya ” or “Brotherly Leader and Guide of the Revolution” in government statements and the official press. [ 2 ] With the death of Omar Bongo of Gabon on 8 June 2009, he became the third longest serving of all current national leaders.Dari tahun 1972, ketika Gaddafi melepaskan gelar perdana menteri, ia telah diberikan yang honorifics “Panduan Pertama September Revolusi Besar Sosialis Rakyat Libia Arab Jamahiriya” atau “Brotherly Leader dan Panduan Revolusi” dalam pernyataan-pernyataan pemerintah dan pers resmi. Dengan kematian Omar Bongo dari Gabon pada tanggal 8 Juni 2009, ia menjadi terpanjang ketiga melayani semua pemimpin nasional saat ini. He is also the longest-serving ruler of Libya since Ali Pasha Al Karamanli , who ruled between 1754 and 1795. [ 3 ] Dia juga yang paling lama melayani penguasa Libya sejak Ali Pasha Al Karamanli, yang memerintah antara 1754 dan 1795.

Gaddafi adalah yang termuda dilahirkan dalam sebuah keluarga petani. Officially his father was Mohammed Abdul Salam bin Hamed bin Mohammed Al-Gaddafi, known as Abu Meniar (died 1985). Resmi ayahnya Muhammad bin Abdul Salam bin Muhammad Hamed Al-Gaddafi, yang dikenal sebagai Abu Meniar (meninggal 1985). It has however been reported in The Times that there is a possibility his biological father was a French officer. [ 4 ] His mother is Aisha Bin Niran. Namun telah dilaporkan dalam The Times bahwa ada kemungkinan ayah kandungnya adalah seorang perwira Perancis. Ibunya adalah Aisyah Bin Niran. Little is known about Gaddafi’s childhood. Sedikit yang diketahui tentang masa kecil Gaddafi. He has said that when he was five years old he had a brother that was killed by an Israeli soldier. Dia telah berkata bahwa ketika dia berumur lima tahun, dia punya saudara yang dibunuh oleh tentara Israel. However, the claim has been disputed as the IDF was not created until May 26, 1948, when Gaddafi was six. Namun, klaim telah diperdebatkan sebagai IDF tidak diciptakan sampai 26 Mei 1948, ketika Gaddafi berusia enam tahun. At a young age he was known to his friends as ‘al-jamil’ or ‘the handsome’. Pada usia muda ia dikenal teman-temannya sebagai ‘al-jamil’ atau ‘si tampan’. He grew up in the desert region of Sirte . Ia dibesarkan di daerah gurun pasir Sirte. He was given a traditional religious primary education and attended the Sebha preparatory school in Fezzan from 1956 to 1961. Ia diberi pendidikan dasar agama tradisional dan menghadiri Sebha sekolah persiapan di Fezzan 1956-1961. Gaddafi and a small group of friends that he met in this school went on to form the core leadership of a militant revolutionary group that would eventually seize control of the country. Gaddafi dan sekelompok kecil teman-teman yang ia temui di sekolah ini kemudian membentuk kepemimpinan utama dari sebuah kelompok revolusioner militan yang akhirnya akan menguasai negara. Gaddafi’s inspiration was Gamal Abdel Nasser , president of neighboring Egypt , who rose to the presidency by appealing to Arab unity. Gaddafi’s inspirasi adalah Gamal Abdel Nasser, presiden tetangga Mesir, yang naik ke presiden dengan merujuk ke Arab kesatuan. In 1961, Gaddafi was expelled from Sebha for his political activism. [ citation needed ] Pada tahun 1961, Gaddafi diusir dari Sebha untuk aktivisme politik.

Gaddafi entered the military academy in Benghazi in 1963, where he and a few of his fellow militants organized a secretive group dedicated to overthrowing the pro- Western Libyan monarchy.Gaddafi memasuki Akademi Militer di Benghazi pada tahun 1963, di mana dia dan beberapa rekan militan mengorganisir kelompok rahasia yang didedikasikan untuk menggulingkan pro-Barat monarki Libya. After graduating in 1965, he was sent to Britain for further training at the British Army Staff College , now the Joint Services Command and Staff College , returning in 1966 as a commissioned officer in the Signal Corps . [ citation needed ] Setelah lulus pada tahun 1965, ia dikirim ke Britania untuk pelatihan lanjutan di Angkatan Darat Inggris Staf College, sekarang Layanan Bersama Sekolah Staf dan Komando, kembali pada 1966 sebagai perwira di Korps Sinyal.

  1. B.     Gerakan dan Pemikiran Muammar Khadafi

Gaddafi mendasarkan rezim baru pada campuran nasionalisme Arab, aspek-aspek negara kesejahteraan, dan apa yang disebut Gaddafi “langsung, populer demokrasi”. He called this system ” Islamic socialism “, and, while he permitted private control over small companies, the government controlled the larger ones. Dia menyebut sistem ini “sosialisme Islam”, dan, sementara ia mengizinkan swasta mengontrol perusahaan-perusahaan kecil, pemerintah mengendalikan yang lebih besar. Welfare, “liberation”, and education were emphasized. Kesejahteraan, “pembebasan”, dan pendidikan ditekankan. He also imposed a system of Islamic morals, outlawing alcohol and gambling. Dia juga memberlakukan sistem moral Islam, melarang alkohol dan perjudian. Like previous revolutionary figures of the 20th century such as Mao and his Little Red Book , Gaddafi outlined his political philosophy in his Green Book to reinforce the ideals of this socialist-Islamic state and published in three volumes between 1975 and 1979. [ citation needed ] Seperti sebelumnya tokoh-tokoh revolusioner abad ke-20 seperti Mao dan Buku Merah Kecil, Gaddafi diuraikan filsafat politiknya dalam Buku Hijau untuk memperkuat cita-cita sosialis ini-negara Islam dan diterbitkan dalam tiga volume antara tahun 1975 dan 1979.

In 1977, Gaddafi proclaimed that Libya was changing its form of government from a republic to a ” jamahiriya “–a neologism that means “mass-state” or “government by the masses”.Pada tahun 1977, Gaddafi menyatakan bahwa Libya telah berubah bentuk pemerintahannya dari sebuah republik ke “jamahiriya” – sebuah neologisme yang berarti “massa-negara” atau “pemerintahan oleh rakyat”. In theory, Libya became a direct democracy governed by the people through local popular councils and communes. Secara teori, Libya menjadi demokrasi langsung diatur oleh rakyat melalui dewan rakyat lokal dan komune. At the top of this structure was the General People’s Congress , with Gaddafi as secretary-general. Di bagian atas struktur ini adalah Kongres Rakyat Umum, dengan Gaddafi sebagai sekretaris jenderal. However, after only two years, Gaddafi gave up all of his governmental posts in keeping with the new egalitarian philosophy. [ citation needed ] Namun, setelah dua tahun, Gaddafi memberikan semua posting pemerintah nya sesuai dengan filsafat egaliter baru.

In practice, Libya’s political system is less idealistic.Dalam prakteknya, sistem politik Libya kurang idealis. Real power is vested in a “revolutionary sector” composed of Gaddafi and a small group of trusted advisers. Kekuasaan nyata dalam “sektor revolusioner” Gaddafi dan terdiri dari sekelompok kecil penasihat terpercaya. While he holds no formal office, it is generally understood that Gaddafi holds near-absolute control over the government. [ citation needed ] Sementara ia tidak memegang jabatan formal, secara umum dipahami bahwa Gaddafi dekat-mutlak memegang kendali atas pemerintah.

From time to time, Gaddafi has responded to domestic and external opposition with violence.Dari waktu ke waktu, Gaddafi telah menanggapi oposisi domestik dan eksternal dengan kekerasan. His revolutionary committees called for the assassination of Libyan dissidents living abroad in April 1980, with Libyan hit squads sent abroad to murder them. Komite revolusioner menyerukan pembunuhan Libya pembangkang tinggal di luar negeri pada bulan April 1980, dengan Libya memukul skuad dikirim ke luar negeri untuk membunuh mereka. On 26 April 1980, Gaddafi set a deadline of 11 June 1980 for dissidents to return home or be “in the hands of the revolutionary committees”. [ 8 ] Nine Libyans were murdered during that time, five of them in Italy . [ citation needed ] Pada tanggal 26 April 1980, Gaddafi menetapkan batas waktu 11 Juni 1980 untuk pembangkang untuk pulang atau “di tangan komite-komite revolusioner”. Sembilan dibunuh Libya selama waktu itu, lima di antaranya di Italia.

  1. C.    Rrevolusi Libya

Dalam revolusi September 1969, Qadhafi dan perwira muda yang memberikan dukungan sebagian besar dengan idealis yang bertujuan membawa semangat pada berakhir ketidakadilan sosial yang telah diberi tanda periode kolonial dan rezim monarki. The new government that resulted was socialist, but Qadhafi stressed that it was to be a kind of socialism inspired by the humanitarian values inherent in Islam. Pemerintah baru yang dihasilkan adalah sosialis, tetapi Qadhafi menekankan bahwa itu adalah untuk menjadi semacam sosialisme yang diilhami oleh nilai-nilai kemanusiaan yang melekat dalam Islam. It called for equitable distribution to reduce disparities between classes in a peaceful and affluent society, but in no sense was it to be a stage on the road to communism. Ini disebut untuk pemerataan untuk mengurangi kesenjangan antara kelas-kelas dalam masyarakat yang damai dan makmur, tapi tidak masuk akal itu menjadi panggung di jalan untuk komunisme.

On the eve of the 1969 revolution, the royal family and its most eminent supporters and officeholders, drawn from a restricted circle of wealthy and influential families, dominated Libyan society.Menjelang revolusi tahun 1969, keluarga kerajaan dan pendukung yang paling terkemuka dan jabatan, yang diambil dari lingkaran terbatas kaya dan berpengaruh keluarga, yang didominasi masyarakat Libya. These constituted what may be termed the traditional sociopolitical establishment, which rested on patronage, clientage, and dependency. Beneath this top echelon was a small middle class. Ini merupakan apa yang mungkin disebut pembentukan sosial politik tradisional, yang bertumpu pada patronase, langganan, dan ketergantungan. Di bawah ini adalah eselon atas kelas menengah kecil. The Libyan middle class had always been quite small, but it had expanded significantly under the impact of oil wealth. Libya kelas menengah selalu sangat kecil, tetapi telah berkembang secara signifikan di bawah pengaruh kekayaan minyak. In the mid- l960s, it consisted of several distinct social groupings: salaried religious leaders and bureaucrats, old families engaged in importing and contracting, entrepreneurs in the oil business, shopkeepers, self-employed merchants and artisans and prosperous farmers and beduin. Pada pertengahan l960s, itu terdiri dari beberapa kelompok sosial yang berbeda: gaji pemimpin agama dan birokrat, keluarga tua terlibat dalam impor dan kontraktor, pengusaha di bisnis minyak, pemilik toko, wiraswasta pedagang dan pengrajin dan sejahtera petani dan Badui. Workers in small industrial workshops, agricultural laborers, and peasant farmers, among others, composed the lower class. Pekerja di bengkel industri kecil, buruh pertanian, dan petani, antara lain, terdiri kelas bawah.

Most of the urban population consisted of the families of first-generation workers, small shopkeepers, and a horde of public workers.Sebagian besar penduduk perkotaan terdiri dari keluarga generasi pertama pekerja, pemilik toko kecil, dan gerombolan pekerja publik. Above them were thin layers of the newly rich and of old, prosperous families. Atas mereka lapisan-lapisan tipis kaya baru dan tua, keluarga sejahtera. An urban working class, however, had largely failed to develop, and the middle class was a feeble one that in no way resembled the counterpart element that had become a vital political force in many other countries of the Arab world. Kelas pekerja perkotaan Namun, pada umumnya telah gagal untuk mengembangkan, dan kelas menengah yang lemah yang sama sekali tidak mirip dengan unsur mitra yang telah menjadi kekuatan politik yang penting di banyak negara lain di dunia Arab.

At the top of the rural social structure, the shaykhs of the major tribes ruled on the basis of inherited status.            Di bagian atas struktur sosial pedesaan, para syaikh dari suku-suku utama memerintah berdasarkan status warisan. In the cities, corresponding roles were played by the heads of the wealthy families and by religious figures. Di kota-kota, sesuai peran yang dimainkan oleh para kepala keluarga kaya dan oleh tokoh agama. These leaders were jealous of their position and, far from concerning themselves with furthering social progress, saw modernization as a threat. Para pemimpin ini iri posisi mereka dan, jauh dari tentang diri mereka sendiri dengan melanjutkan kemajuan sosial, melihat modernisasi sebagai ancaman. In no way, however, did the leaders present a united front. Sekali tidak, bagaimanapun, apakah para pemimpin menyajikan sebuah front persatuan.

The development of the petroleum industry was accompanied by profound technical and organizational changes and by the appearance of a younger elite whose outlook had been greatly affected by technological advances: among their number were technocrats, students, and young army officers. Not the least notable of the factors that set this new element apart was age.Perkembangan industri minyak bumi disertai dengan mendalam teknis dan perubahan organisasi dan dengan penampilan yang lebih muda pandangan elit yang telah sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi: di antara jumlah mereka adalah teknokrat, mahasiswa, dan perwira tentara muda. Bukan yang paling penting dari faktor-faktor yang mengatur unsur baru ini selain itu usia. The civilians of this group, as well as the military officers, were for the most part in their thirties or younger, and their views had little in common with those of the aging authorities who had long controlled a swollen bureaucracy (11 percent of the 1969 labor force). More urbanized and better educated than their elders, this new group entertained hopes and aspirations that had been frustrated by the group surrounding King Idris. Orang-orang sipil dari kelompok ini, serta perwira militer, yang untuk sebagian besar dalam usia tiga puluhan atau lebih muda, dan pandangan mereka hanya memiliki sedikit kesamaan dengan orang-orang dari penguasa penuaan yang telah lama bengkak menguasai birokrasi (11 persen dari tahun 1969 angkatan kerja). Lebih urbanisasi dan lebih terdidik daripada pendahulu mereka, kelompok baru ini dihibur harapan dan aspirasi yang telah frustrasi oleh kelompok Raja Idris sekitarnya. In particular, resentment had been aroused by the arbitrariness, corruption, and inefficiency of Idris’ government as well as by its questionable probity in the distribution of oil-funded revenues. Secara khusus, kebencian telah bangkit oleh kesewenang-wenangan, korupsi, dan inefisiensi dari Idris ‘pemerintah maupun oleh dipertanyakan kejujuran dalam distribusi pendapatan minyak yang didanai.

The young officers who formed the Free Officers Movement and its political nucleus, the Revolutionary Command Council (RCC), showed a great deal of dedication to the revolutionary cause and a high degree of uniformity in political and economic outlook.            Perwira muda yang membentuk Gerakan Perwira Bebas dan inti politik, Dewan Komando Revolusi (RCC), menunjukkan dedikasi besar untuk menyebabkan revolusioner dan tingkat tinggi keseragaman dalam politik dan ekonomi. In Libya, as in a number of other Arab countries, admission to the military academy and careers as army officers were options available to members of the less privileged economic strata only after national independence was attained. Di Libya, seperti di sejumlah negara-negara Arab lainnya, masuk ke akademi militer dan karier sebagai perwira tentara pilihan yang tersedia untuk anggota strata ekonomi kurang beruntung hanya setelah kemerdekaan nasional tercapai. A military career, offering new opportunities for higher education and upward economic and social mobility, was thus a greater attraction for young men from poorer families than for those of the wealthy and the traditional elite. Sebuah karir militer, yang menawarkan peluang-peluang baru bagi pendidikan tinggi dan ke atas ekonomi dan mobilitas sosial, dengan demikian daya tarik yang lebih besar bagi pemuda-pemuda dari keluarga miskin ketimbang bagi orang kaya dan elit tradisional. These youthful revolutionaries came from quite modest social backgrounds, representing the oases and the interior as opposed to the coastal cities, and the minor suppressed tribes as opposed to the major aristocratic ones. Revolusioner muda ini berasal dari latar belakang sosial yang cukup sederhana, mewakili oasis dan pedalaman sebagai lawan dari kota-kota pesisir, dan menekan suku-suku kecil sebagai lawan utama yang aristokrat.

The officers of the RCC–all captains and lieutenants– represented the forefront of a social revolution that saw the middle and lower middle classes assert control over social and political prerogatives heretofore denied them. Para petugas dari RCC – semua kapten dan letnan – mewakili terdepan revolusi sosial yang melihat menengah dan kelas menengah bawah menegaskan kontrol atas hak prerogatif sosial dan politik sebelum ini ditolak mereka. They quickly displaced the former elite of the Idris era and became themselves the prime movers of the Libyan state. Numbering only about a dozen men, they were gradually joined by sympathetic civilian and military personnel in constituting a new elite. Mereka dengan cepat pengungsi mantan elite era Idris dan menjadi diri mereka sendiri penggerak utama dari negara Libya. Numbering hanya sekitar selusin orang, mereka secara bertahap bergabung dengan simpatik personil militer dan sipil dalam membentuk elit baru.

By the late 1980s, this governing class consisted of Qadhafi and the half-dozen remaining members of the Free Officers Movement, government ministers and other high state officials and managers, second-echelon officers of the Free Officers Movement, and top officials and activists of local mass organizations and governing councils.            Pada akhir 1980-an, ini kelas yang mengatur dan Qadhafi terdiri dari setengah lusin sisa anggota Gerakan Perwira Bebas, menteri pemerintah dan pejabat negara tinggi lain dan manajer, kedua pejabat eselon Gerakan Perwira Bebas, dan pejabat dan aktivis dari organisasi massa lokal dan dewan pemerintahan. Civilian officials and bureaucrats as a whole were considerably better educated than their military colleagues. Pejabat sipil dan birokrat secara keseluruhan yang jauh lebih terdidik daripada rekan-rekan militer mereka. Many of them possessed college degrees, came from urban middle-class backgrounds, and were indispensable for the administrative functioning of government and the economy. Banyak dari mereka memiliki gelar sarjana, berasal dari kelas menengah perkotaan latar belakang, dan sangat diperlukan untuk fungsi administrasi pemerintahan dan ekonomi. Below this elite was the upper middle class composed of educated technocrats, administrators, and remnants of a wealthy commercial and entrepreneurial class. Di bawah ini adalah elit kelas menengah atas yang terdiri dari teknokrat berpendidikan, administrator, dan sisa-sisa komersial yang kaya dan kelas wiraswasta. The lower middle class contained small traders, teachers, successful farmers, and low-level officials and bureaucrats. Kelas menengah-bawah yang terdapat pedagang kecil, guru, petani sukses, dan pejabat tingkat rendah dan birokrat. This new and small revolutionary elite sought to restructure Libyan society. Baru dan kecil elit revolusioner Libya berusaha untuk merestrukturisasi masyarakat. In broad terms, the young officers set off to create an egalitarian society in which class differences would be minimal and the country’s oil wealth would be equally shared. Dalam pengertian luas, para perwira muda berangkat untuk menciptakan masyarakat yang egaliter di mana perbedaan kelas akan menjadi minimal dan kekayaan minyak negara itu akan sama-sama berbagi. Their aim was to curb the power and wealth of the old elite and to build support among the middle and lower middle classes from which they had come and with which they identified. Tujuan mereka adalah untuk membatasi kekuasaan dan kekayaan elit yang lama dan untuk membangun dukungan di kalangan menengah dan kelas menengah bawah dari mana mereka datang dan dengan mereka diidentifikasi. The policies they devised to remold society after 1969 entailed extension of state control over the national economy, creation of a new political structure, and redistribution of wealth and opportunity through such measures as minimum wage laws, state employment, and the welfare state. Kebijakan-kebijakan mereka dirancang untuk masyarakat setelah remold ekstensi 1969 mensyaratkan penguasaan negara atas perekonomian nasional, penciptaan struktur politik baru, dan redistribusi kekayaan dan kesempatan melalui langkah-langkah sebagai undang-undang upah minimum, lapangan kerja negara, dan negara kesejahteraan.

The Arab Socialist Union (ASU) created in 1971 was thus intended as a mass mobilization device.            Sosialis Arab Union (ASU) diciptakan pada tahun 1971 dengan demikian dimaksudkan sebagai perangkat mobilisasi massa. Its aim was the peaceful abolition of class differences to avoid the tragedy of a class struggle; the egalitarian nature of its composition was shown by a charter prescribing that, at all levels, 50 percent of its members must be peasants and laborers. Tujuannya adalah damai penghapusan perbedaan kelas untuk menghindari tragedi dari sebuah perjuangan kelas; yang egaliter sifat komposisi ditunjukkan oleh suatu piagam resep itu, di semua tingkatan, 50 persen dari anggota harus menjadi petani dan buruh. At the heart of the cultural revolution of 1973 was the establishment of people’s committees. Di jantung revolusi budaya tahun 1973 adalah pembentukan komite rakyat. These were made up of working-level leaders in business and government, who became the local elites in the new society. That same year brought enactment of a law requiring that larger business firms share profits with their personnel, appoint workers to their boards of directors, and establish joint councils composed of workers and managers. Ini terdiri dari tingkat pekerja pemimpin dalam bisnis dan pemerintahan, yang menjadi elit lokal di masyarakat baru. Di tahun yang sama membawa berlakunya undang-undang mensyaratkan bahwa perusahaan bisnis besar berbagi keuntungan dengan para personil, pekerja menunjuk ke dewan direksi mereka , dan mendirikan dewan bersama yang terdiri dari pekerja dan manajer.

At the same time, the government launched a long-term campaign against a new privileged class pejoratively identified as “bourgeois bureaucrats.”Pada saat yang sama, pemerintah meluncurkan kampanye jangka panjang terhadap pengertian yang merendahkan kelas istimewa baru diidentifikasi sebagai “borjuis birokrat.” Multiple dismissals at this time included top university administrators, hospital directors, and oil-industry officials, as well as numerous lower ranking employees. However, in 1975, public administrators, including educational and public health service, made up nearly 24 percent of the labor force—more than twice the proportion at the time of the monarchy’s demise. Pemecatan beberapa waktu ini termasuk atas administrator universitas, rumah sakit direktur, dan pejabat industri minyak, serta sejumlah karyawan berpangkat rendah. Namun, pada tahun 1975, administrator publik, termasuk pendidikan dan pelayanan kesehatan masyarakat, terdiri atas hampir 24 persen dari tenaga kerja — memaksa lebih dari dua kali proporsi pada saat kematian monarki. Late in 1976, a newspaper editorial complained that the labor force still contained tens of thousands of administrators and supervisors–most of them in the public sector—while in other countries this element seldom exceeded 2 percent of the total. Akhir tahun 1976, editorial sebuah surat kabar mengeluh bahwa angkatan kerja masih berisi puluhan ribu administrator dan supervisor – kebanyakan dari mereka di sektor publik — sementara di negara-negara lain elemen ini jarang melebihi 2 persen dari total.

Having attacked the bureaucracy and concentrations of wealth and privilege, the regime in the later 1970s dealt with the entrepreneurial middle class.            Setelah menyerang birokrasi dan konsentrasi kekayaan dan hak istimewa, rezim di akhir tahun 1970-an berhubungan dengan pengusaha kelas menengah. The first restrictions on private traders appeared as early as 1975, but the real blows came a few years later. Pembatasan pertama pedagang swasta muncul pada awal 1975, tetapi pukulan yang sesungguhnya datang beberapa tahun kemudian. A 1978 law struck at much-prized investments in private property by limiting ownership of houses and apartments to one per nuclear family, although the government promised compensation to the dispossessed. Sebuah hukum 1978 yang banyak menyerang pada investasi berharga milik pribadi dengan membatasi kepemilikan rumah dan apartemen untuk satu per keluarga inti, meskipun pemerintah menjanjikan kompensasi kepada kaum miskin. New restrictions were placed on commercial and industrial establishments, foreign trade became a monopoly of public corporations, workers assumed control of major industrial and commercial enterprises, and private wholesale trade was abolished. Pembatasan baru diletakkan di Pendirian komersial dan industri, perdagangan luar negeri monopoli menjadi perusahaan publik, pekerja memegang kendali industri besar dan perusahaan-perusahaan komersial, dan perdagangan grosir swasta dihapuskan. Finally, state investments and subsidies were shifted away from small businesspeople. Akhirnya, investasi dan subsidi negara telah bergeser jauh dari pengusaha kecil.

Although the Libyan middle class was suppressed by the abovementional restrictions in the late 1970s, it was not destroyed.            Meskipun Libya kelas menengah ditindas oleh abovementional pembatasan pada akhir tahun 1970-an, itu tidak hancur. Indeed, a significant number of its members adapted themselves to the social dictates of the revolutionary regime by cooperation with it or by recruitment into the modernizing state apparatus. Memang, sejumlah besar anggotanya disesuaikan diri dengan perintah sosial yang revolusioner melalui kerjasama dengan rezim atau oleh perekrutan ke aparat negara modernisasi. Its ranks still contained educated technocrats and administrators, without whose talents the state could not function, as well as remnants of the commercial and entrepreneurial class, some of them well-to-do. Jajarannya berpendidikan masih berisi teknokrat dan administrator, tanpa bakat negara yang tidak bisa berfungsi, serta sisa-sisa komersial dan kelas wiraswasta, beberapa dari mereka baik-untuk-do. A separate category of small traders, shopkeepers, and farmers could also be identified. Kategori terpisah pedagang kecil, pemilik toko, dan petani juga bisa diidentifikasi. They, too, sought careers in the state sector, although many of them continued to operate small businesses alongside public enterprises. Mereka juga, mencari karier di sektor negara, walaupun banyak dari mereka terus beroperasi di samping usaha kecil perusahaan-perusahaan publik. Those who could not adapt or who feared persecution fled abroad in significant numbers. Mereka yang tidak bisa beradaptasi atau yang takut akan penganiayaan melarikan diri ke luar negeri dalam jumlah yang signifikan.

Ini sangat berlawanan dengan rezim sebelumnya, it was now possible for members of the middle and lower classes to seek and gain access to positions of influence and power. The former criteria of high family or tribal status had given way to education to a considerable degree, although patronage and loyalty continued to be rewarded as well. Mantan kriteria keluarga atau suku yang tinggi status yang diberikan untuk pendidikan ke tingkat yang lumayan, walaupun patronase dan loyalitas terus diberi imbalan juga. But in general, social mobility was much improved, a product of the revolutionary order that encouraged participation and leadership in such new institutions as the Basic People’s Congress and the revolutionary committees. Tapi secara umum, mobilitas sosial adalah jauh lebih baik, merupakan produk revolusioner agar mendorong partisipasi dan kepemimpinan dalam lembaga-lembaga baru tersebut sebagai Kongres Rakyat Dasar dan komite revolusioner. Only the highest positions occupied by Qadhafi and a small number of his associates were beyond the theoretical reach of the politically ambitious. Hanya posisi tertinggi diduduki oleh Qadhafi dan sejumlah kecil rekan-rekannya berada di luar jangkauan teoritis politik ambisius.

The core elite in the 1980s, which consisted of Qadhafi and the few remaining military officers of the RCC, presented a significant contrast of its own with respect to the top political leadership of the Idris era.            Elit inti pada 1980-an, yang terdiri dari beberapa Qadhafi dan perwira militer yang tersisa dari RCC, disajikan kontras yang signifikan sendiri sehubungan dengan puncak kepemimpinan politik dari era Idris. This was the result of a commitment to national unity and identity, as well as of common social background. Ini adalah hasil dari komitmen terhadap persatuan nasional dan identitas, serta latar belakang sosial yang umum. Within this small group, the deeply ingrained regional cleavages of the past, particularly that between Cyrenaica and Tripolitania, had almost disappeared and were no longer of political significance. Dalam kelompok kecil ini, yang tertanam dalam perpecahan regional di masa lalu, terutama yang antara Cyrenaica dan Tripolitania, sudah hampir menghilang dan tidak lagi signifikansi politik. Similarly, the ethnic distinction between Arab and Berber within the elite was no longer important. Demikian pula, perbedaan etnis antara Arab dan Berber di dalam elit tidak lagi penting. The old urban-rural and center- periphery oppositions, remained very important, but they did not characterize the core elite itself. Tua kota-desa dan pusat-pinggiran oposisi, tetap sangat penting, tetapi mereka tidak mencirikan inti elit itu sendiri. Rather, they differentiated the core elite from the country’s former rulers, because the revolutionary leadership was deeply rooted in the rural periphery, not the Mediterranean coastal centers. Sebaliknya, mereka membedakan elit inti dari bekas negara penguasa, karena kepemimpinan revolusioner berakar di pedesaan pinggiran, bukan pusat pantai Mediterania.

The rest of society, including government officials immediately below Qadhafi, appeared to be a good deal less unified.            Sisanya masyarakat, termasuk para pejabat pemerintah langsung di bawah Qadhafi, tampaknya cukup banyak kurang bersatu. Despite the exertions of the core elite, a sense of national unity and identity had not yet developed in the late 1980s, and loyalty to region, tribe, and family remained stronger than allegiance to the state. Meskipun pengerahan tenaga inti elit, rasa persatuan dan identitas nasional yang belum berkembang di akhir 1980-an, dan kesetiaan kepada daerah, suku, dan keluarga tetap kuat daripada kesetiaan kepada negara. There was much alienation from the regime, often expressed in terms of lethargy and passivity. Ada banyak keterasingan dari rezim, sering dinyatakan dalam kelesuan dan kepasifan. Incessant pressures on the part of the regime to enlist as many people as possible in running public affairs had provoked much resentment and resistance. Tak henti-hentinya tekanan pada bagian dari rezim untuk meminta orang sebanyak mungkin dalam menjalankan urusan publik telah menimbulkan banyak kebencian dan perlawanan. Many adults did not participate, despite the exhortations and oversight of the revolutionary committees, themselves a source of uncertainly and anxiety. Banyak orang dewasa tidak ikut serta, meskipun nasihat dan pengawasan dari komite revolusioner, mereka sumber ragu-ragu dan kecemasan.

All of these pressures applied to the educated middle class, estimated to number perhaps 50,000 out of a total population of 3.6 million.            Semua tekanan ini diterapkan pada kelas menengah yang berpendidikan, diperkirakan sekitar 50.000 nomor dari total populasi 3,6 juta. Many were clearly alienated by the shortages of consumer goods, the militarization of society, and the constant demands to participate actively in the institutions of the jamahiriya , sentiments that characterized other social classes as well. Banyak yang jelas terasing oleh kelangkaan barang-barang konsumen, militerisasi masyarakat, dan tuntutan terus-menerus untuk berpartisipasi secara aktif dalam lembaga-lembaga jamahiriya, sentimen yang menjadi ciri kelas-kelas sosial lainnya juga. Like their fellow citizens, the educated sought refuge in the affairs of their families, demonstrating yet again the strength of traditional values over revolutionary norms, or in foreign travel, especially in Europe. Seperti sesama warga negara, yang berpendidikan mencari perlindungan dalam urusan keluarga mereka, lagi-lagi menunjukkan kekuatan nilai-nilai tradisional atas norma-norma revolusioner, atau dalam perjalanan ke luar negeri, terutama di Eropa.

The country’s youth were also pulled in opposite directions.            Pemuda negara juga menarik dalam arah yang berlawanan. By the mid-1980s, the vast majority knew only the revolutionary era and its achievements. Pada pertengahan 1980-an, sebagian besar hanya tahu era revolusi dan prestasi. Because these gains were significant, not surprisingly young people were among the most dedicated and visible devotees of the revolution and Qadhafi. Karena keuntungan yang signifikan ini, tidak mengherankan orang-orang muda yang paling berdedikasi dan terlihat penggemar revolusi dan Qadhafi. They had benefited most from increased educational opportunities, attempted reforms of dowry payments, and the emancipation of young women. Mereka telah mendapat manfaat paling banyak dari peningkatan kesempatan pendidikan, reformasi mencoba pembayaran maskawin, dan emansipasi wanita muda. Libyan youth also enjoyed far more promising employment prospects than their counterparts elsewhere in the Maghrib. Libya pemuda juga menikmati jauh lebih menjanjikan prospek pekerjaan daripada rekan-rekan mereka di tempat lain di Maroko.

With few outlets such as recreation centers or movies for their energies, a large number of the youth were found in the revolutionary committees, where they pursued their task of enforcing political conformity and participation with a vigor that at times approached fanaticism.            Dengan sedikit outlet, seperti pusat rekreasi atau film untuk energi mereka, sejumlah besar pemuda ditemukan di komite-komite revolusioner, di mana mereka dikejar tugas mereka menegakkan kesesuaian dan partisipasi politik dengan semangat yang kadang-kadang mendekati fanatisme. Others kept watch over the state administration and industry in an attempt to improve efficiency. Lain terus mengawasi administrasi negara dan industri dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi. Not all were so enthusiastic about revolutionary goals, however. Tidak semua orang sangat antusias mengenai tujuan revolusioner, namun. For instance, there was distaste for military training among students in schools and universities, especially when it presaged service in the armed forces. Sebagai contoh, ada ketidaksukaan untuk pelatihan militer di kalangan siswa di sekolah-sekolah dan universitas, terutama ketika layanan pertanda dalam angkatan bersenjata. In the 1980s, some of this disdain had resulted in demonstrations and even in executions. Tahun 1980-an, beberapa menghina ini telah mengakibatkan demonstrasi dan bahkan di eksekusi.

By the late 1980s, Libyan society clearly showed the impact of almost two decades of attempts at restructuring.            Pada akhir 1980-an, masyarakat Libya jelas menunjukkan dampak hampir dua dekade dari restrukturisasi usaha. The country was an army-dominated state under the influence of no particular class or group and was relatively free from the clash of competing interests. Negara adalah sebuah negara yang didominasi tentara di bawah pengaruh tidak ada kelas atau kelompok tertentu dan relatif bebas dari benturan kepentingan yang saling bersaing. Almost all sources of power in traditional life had been eliminated or coopted. Unlike states such as Saudi Arabia that endeavored to develop their societies within the framework of traditional political and economic systems, Libya had discarded most of the traditional trappings and was using its great wealth to transform the country and its people. Hampir semua sumber kekuasaan dalam kehidupan tradisional itu dihapus atau terkooptasi. Tidak seperti negara-negara seperti Arab Saudi yang berupaya untuk mengembangkan masyarakat mereka dalam kerangka politik tradisional dan sistem ekonomi, Libya telah membuang sebagian besar hiasan-hiasan tradisional dan menggunakan kekayaan yang besar untuk mengubah negara dan rakyatnya.

With its highly egalitarian socialist regime, Libya differed considerably in its social structure from other oil-rich states. Salaries and wages were high, and social services were extensive and free.            Dengan sangat egaliter rezim sosialis, Libya berbeda jauh dalam struktur sosial dari lain negara-negara kaya minyak. Gaji dan upah yang tinggi, dan pelayanan sosial yang luas dan bebas. There was much less accumulation of private wealth than in other oil states, and social distinction was discouraged as a matter of deliberate public policy. Ada apalagi akumulasi kekayaan pribadi daripada di negara-negara minyak lainnya, dan perbedaan sosial berkecil hati sebagai masalah kebijakan publik yang disengaja. But Libyan society was deeply divided, and entire segments of the population were only superficially committed to the course that the revolutionary regime had outlined. Tapi Libya terpecah-belah masyarakat, dan seluruh segmen populasi hanya dangkal berkomitmen untuk kursus bahwa rezim revolusioner telah digariskan. And while the old order was clearly yielding to the new, there was much doubt and unease about where society and state were headed. Dan sementara orde lama jelas menyerah yang baru, ada banyak keraguan dan kegelisahan tentang masyarakat dan negara di mana menuju.

 

  1. D.    Dampak Pemerintahan Muammar Khadafi
  2. 1.      Dampak Daam Negeri

Pada 16 Oktober 1969, hanya beberapa hari setelah berkuasa, Gadafi mengumumkan di depan publik lima prinsip dasar kebijakan pemerintah. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pengosongan total basis-basis luar negeri,
  2. Netralitas yang positif dan menyeluruh,
  3. Kesatuan nasional,
  4. Kesatuan Arab di seluruh dunia, dan
  5. Penekanan partai-partai politik.

Dalam waktu kurang dari satu tahun, semua prinsip ini dapat tercapai, kecuali prinsip mengenai kesatuan Arab di seluruh dunia, yang meskipun begitu tetap menjadi faktor utama dalam kebijakan luar negeri pemerintahan yang baru. Pada 1 September 1970, dalam perayaan 1 tahun revolusi, Gadafi mampu memperlihatkan hasil positif kerja kelompoknya, serta mengingatkan masyarakat Libya tentang berbagai pencapaian utamanya:

  1. Gaji minimum yang naik dua kali lipat.
  2. Dimulainya berbagai projek pengembangan dalam bidang industri dan pertanian.
  3. Reorganisasi administrasi.
  4. Diumumkannya perundang-undangan ekonomi dan sosial yang ditujukan untuk kesejahteraan umum yang merata.
  5. Penyaluran surat bukti kepemilikan.
  6. Pengosongan basis-basis luar negeri.
  7. Nasionalisasi bank dan perusahaan yang menjual produk minyak.
  8. Dipulangkannya koloni / masyarakat Italia.
  9. Kenaikan harga minyak.

Beberapa bulan kemudian, pada 11 Juni 1971, RCC mengeluarkan surat keputusan tentang legalisasi konstitusi dan organisasi Serikat Sosialis Arab (Arab Socialist Union), yang disebut “organisasi politik populer di Republik Arab Libya”. Modelnya menyerupai model orang Mesir, tetapi jauh lebih aktif, sebab sebagian kecil populasi Libya memperbolehkan kontak otentik antara rakyat dengan pemerintah. Serikat sosialis tersebut ternyata sukses dalam menggelar rezim demokrasi langsung, tersembunyi dengan baik dalam kerangka delapan prinsip yang membatasi kewajibannya. Delapan prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Mendorong setiap potensi produksi.
  2. Menunjukkan dan menghapus peninggalan masa lampau yang tidak diinginkan.
  3. Menghormati etika dan pokok ajaran Islam dan integritas karakter Arab.
  4. Memerangi semua usaha infiltrasi luar negeri atau pemberontak.
  5. Menjauhkan diri dari hak konservatif dan sifat-sifat parasit yang tertinggal, sebab dua hal tersebut reaksioner; mendorong refleksi, dengan mempertimbangkan pengetahuan sebenarnya tentang kehidupan dan alam semesta, seperti yang terlihat dalam pesan suci dan kehidupan serta tindakan para Nabi, karena disitulah kebenaran dapat ditemukan.
  6. Memerangi faham negatif, oportunis, penyimpangan dan improvisasi.
  7. Menyebarkan kesadaran akan pentingnya mengenal dan menerima kesatuan Arab.
  8. Bekerja demi pengenalan dan penerimaan faham sosialis.

 R

PERKEMBANGAN ISLAM DINASTI UMAYYAH DI ANDANDALUSIA (SPANYOL) SEBAGAI KELANJUTAN DARI DINASTI UMAYYAH DI SYIRIA Kamis, Mar 15 2012 

A. Berdirinya Dinasti Umayyah di Andalusia

1. Andalusia Sebelum Masuknya Islam

Andalusia atau Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) termasuk selatan Perancis sekarang) . Andalusia yang semula bernama Vandal pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi merupakan wilayah kekuasaan Romawi, tapi kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu. Kemudian setelah Witiza, Raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Kenaikan Roderick ini tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut kekuasaan mereka bekerja sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada Musa bin Nushair, Gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah Walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad, yang kemudian terkenal dengan selat Gibraltar atau Jabal Thariq.

Mendengar kemenangan Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan penyerangan terhadap Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka Musa menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga ke pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara akibat korban sepucuk surat.

2. Berkembangnya Islam di Andalusia

Setelah Itu Andalusia mulai ditaklukan oleh umat Islam pada zaman khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), dimana tentara Islam yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara ini terjadi pada masa Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), dimana dia mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Selanjutnya dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif bin Malik, Tariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Pada masa ini, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair, yang kemudian memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Sedangkan penaklukan atas wilayah Afrika Utara ini, dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid bin Abdul-Malik). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Visigoth dari rumpun Goth. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Bani Umayyah. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Al-Andalus.

Tharif  ibn Malik dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian mantan penguasa wilayah Septah. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik ini serta adanya kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoth yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirimkan lagi pasukan ke Al-Andalus sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad.

Tariq bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Moor yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al-Walid bin Abdul-Malik. Pasukan ini kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad, dan menguasai sebuah gunung dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq), kemudian di daerah ini membuat pertahanan serta tempat menyiapkan pasukan untuk memulai penaklukan. Dalam pertempuran yang dikenal dengan Pertempuran Guadalete, Raja Roderic dapat dikalahkan. Dari situ Thariq bin Ziyad dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota Visigoth saat itu). Sebelumnya Tariq bin Ziyad menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara, yang kemudian mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Tariq bin Ziyad seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Goth yang jauh lebih besar, 100.000 orang.

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan tersebut. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa bin Nushair berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth lainnya, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Tariq bin Ziyad di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pirenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, di antara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.

Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke  Lyon  tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.

Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah.

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Dinasti Umayyah, diperkirakan terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan

Umayyah di Damaskus, mereka adalah:

  1. Abdul Aziz bin Musa bin Nushair

Berkuasa selama 2 tahun (715-717 M). Pada masa ini dapat dikuasai beberapa wilayah seperti Evora, Santarem, Cainbra, Malaga, dan Ellira.

  1. Ayub bin Habib

Pada masa pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat pemerintahan.

  1. Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)
  2. Saman bin Malik Al-Chaulany (719-721 M)

 

  1. Anbasah (723-726 M)

Pada masa pemerintahannya ia berhasil menguasai wilayah Gallia, Setpimia dan terus ke lembah sungai Rhone.

  1. Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M)

Pada masa ini ia dapat menguasai Hertongdom dan Aquitania yang termasuk wilayah kekuasaan Prancis.

B. Pendiri Dinasti Umayyah di Cordova

Ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa, banyak pemuka yang mendukung pemerintahan Daulah Umayyah dan bani Umayyah dikejar-kejar serta ditangkap. Salah seorang yang selamat dari kejaran para pendukung Dinasti Bani Abbas adalah Abdurrrahman. Melalui Palestina dan Afrika Utara, ia berhasil memasuki wilayah Andalusia. Keberhasilannya tidak dicapai dengan mudah tetapi melalui usaha yang gigih, karena pada saat itu Andalusia diperintah oleh Yusuf bin Abdurrahman al-Fikry. Pada masanya banyak terjadi pertentangan antara sesama kabilah Arab serta bangsa Barbar. Pertentangan ini membuka peluang bagi Abdurrahman untuk ikut serta dalam percaturan politik saat itu, dan ia berhasil memperoleh pengikut yang banyak.

Masuknya Abdurrahman ke wilayah Andalusia membuat Yusuf marah. Ia berusaha mengusir Abdurrahman dari wilayah kekuasaannya itu. Akibat dari tindakan Yusuf itu Abdurrahman melakukan perlawanan, sehingga terjadi pertempuran antara keduanya di dekat Cordova pada tahun 139 H/ 758 M. Peperangan ini dimenangkan oleh Abdurrahman Al-Dakhil, dengan demikian ia memasuki Cordova dengan membawa kemenangan dan sejak saat itulah  Abdurrahman mendirikan kerajaan Islam di Andalusia.

 Karena keberhasilannya itulah ia diberi gelar Al-Dakhil, artinya orang yang berhasil memasuki wilayah Andalusia dan selamat dari kejaran pemerintah Daulah Abbasiyah. Sementara itu, Abu Ja’far al-Manshur memberinya gelar “Saqar Quraiys”, artinya Rajawali Quraiys yang mampu terbang jauh ke wilayah Eropa di Andalusia.

Masa Pemerintahan Amir-Amir Bani Umayyah

  1. Abdurrahman Al-Dakhil ( 757-788 M )

Setelah mendirikan kerajaan besar di Andalusia, langkah pertama yang dilakukannya adalah memperbaiki keadaan dalam negeri. Hampir seluruh usianya dipergunakan untuk memerangi lawan-lawannya seperti ancaman dari Abu Ja’far Al-Manshur (khalifahAbbasiyah kedua), perlawanan dari Raja Frank, Prancis, dan sebagainya. Setelah merasa aman barulah Abdurrahman melaksanakan pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Diantaranya adalah mendirikan Masjid Agung di Cordova, yaitu masjid Al-Hambra  dan setelah beliau wafat pembangunan kemudian dilanjutkan putranya Hisyam I. Abdurrahman wafat di usianya yang ke-61 dan ia telah memerintah selama kurang lebih 31 tahun lamanya.

  1. Hisyam bin Abdurrahman ( 796-822 M )

Beliau seorang yang salih dan adil. Dalam bidang pendidikan ia sangat mengutamakan sehingga lahirlah jabatan hakim (Qadli). Dan di bidang pembangunan ia menyelesaikan Mesjia Raya Cordova.

  1. Hakam I bin Hisyam ( 796-822 M )

Tabiatnya sangat berbeda dengan ayahnya, ia suka sekali berbuat maksiat terhadap rakyatnya, sehingga banyak terjadi pemberontakan pada saat itu.

  1. Abdurrahman II / Al-Ausath ( 822-852 M )

Beliau dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu, usaha-usaha yang dilakukannya  pun begitu banyak baik di bidang politik, ekonomi, maupun pembangunan.

C. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol

  1. Kemajuan Institusi Pendidikan dan Pembangunan Fisik

Orang-orang Arab di Spanyol merupakan pembawa obor kebudyaan dan peradaban antara abad ke-8 sampai abad ke-13. Usaha ini diawali oleh Abdurrahman Ad-Dakhil yang mengonsentrasikan pembangunannya pada bidang administrasi Negara, militer dan pendidikan. Konsentrasinya dalam bidang pendidikan diwujudkan dalam membangun Mesjid Cordoba sebagai pusat pengetahuan dan kebudayaan yang palin penting di Eropa. Perhatian pada kesusutaraan menarik banyak cendikiawan mendatangi istananya. Diantara tokoh pujangga yang tertarik dalam bidang pengetahuan adalah Abi al-Mutasya, Musa al-Mawari, Isa bin Dinar, Yahya bin Yahya, Said Hasan.

Usaha Ad-Dakhil dilanjutkan bdurrahman II (822-8520 M) yang didalamnya merupakan masa damai, cemerlang dan sejahtera. Ia merasa cinta akan kesenia dan kesustraan, mencintai masyarakat yang berbakat dan berilmu. Ia banyak melekukan pembangunan fisik (sar na umum) seperti jalan pasar dan mesjid seta fasilitas yang terkait denganbidang arsitektur. Dalam bidang pertanian Spanyol sudah mengenal saluran irigasi, sehingga mereka dapat mengolah kebun denagan mudah dan subur. Kemajuan dalam bidng ini membawa kemekmuran dan kesejahteraan kepada masyarakat.

Karena kemjuan ekonomi, Spanyok telah membangun kota yang megah yang dijadikan sebagai monumen, seperti pembanguna gedung-gedung denagn arsitektur terkemuka pada zamannyadan masih dikagumi hingga saat in seperti Mesjid Cordova, kota Al-Zahra,Istana Ghafiriyah dan sebagainya. Dalam bidang industri yang merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol telah dibangun dan diproduksi antara lain tekstil, bahan kulit, logam, dan barang-barang tembikar.

Abdurrahman II, pada tahun 929 M menyempurnkan fungsi Mesjid Cordova . Al-Hakam yang memerintah pada tahun 961-976 M mendirikan Universitas Cordova berdampingan dengan Mesjid Aburrahman III yang selanjutnya tumbuh menjadi perguruan tinggi tekenal diantara jajaran pendidikan tinggi lainnya di dunia. Universitas ini menendinggi Universitas Al-Azhar Mesirdan madrasah Nidzamiyah di Baghda, serta menarik perhatian para pelajar tidak hanya dari spanyol saja, tetapi juga dari wilayah lain di Eropa Afrika, an Asia.

Universitas Cordova menampung sekitar emat juta buku. Membuka berbagai jurusan seperti astronomi. Matemetika, kedokteran, teologi dan hukum. Jumlah mahasiswanya mencapai ribuan orang Selain itu di Spanyol juga terdapat Universitas Sevilla, Malaga dan juga Universitas Granada. Ziauddin Alavi mengemukakan bahwa Spanyol di masa itu wilayah dunia islam yang menyediakan literatur dalam jumlah yang amat besar. Bahkan menurut Al-Dala’I, di Spanyol terdapat  491 mesjid yang menyegarkan akvitas pendidikan.

  1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburannya mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi, yang pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Komunitas pluralnya terdiri atas Komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), Al-muwahiddun (Orang-orang Spanyol yan g masuk Islam), Barbar (Orang Islam dari Afrika Utara dan Marokko), Yahudi dan Kristen. Semua komnitas tersebut, kecuali Kristen yang masih menentang Islam, memberiakn sumbangan intelektual bagi terbentuknya kebudayaan Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan  fisik di Spanyol.

Diantaranya kemajuan di bidang pengetahuan adalah di bidang Bidang Filsafat  dan Eksakta yang diuraikan di paragraph di bawah ini.

Pada abad 4-5 H, para pelajar Andalusia banyak yang belajar filsafat ke Bagdad. Diantara mereka adalah Abu al-Qasim  Maslammah Ibn Admad al-Majriti. Ia belajar manuskrip-manuskrip Arab dan Yunani, kemudian mengembangkan ilmu yang diperolehnya di Andalusia. Ia berjasa dalam bidang ilmu metematika, kedokteran,  dan kimia, dan ia merupakan ulama pertama yang mengajarkan Rasail Ikhwal al-Shafa di Eropa.

Perkembangan filsafat mendorong berkembangnya ilmu eksakta, antara lainnya matematika. Ilmu pasti yang dikembanglkan orang Arab berpangkal dari buku India, yaitu Sinbad  yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari pada tahun 154 H/ 771 M. Denagn perantara penerjemehen buku ini, kemudian Nasawi (pakar matemetika) memperkenalkan angka-angka India (0, 1,2 hingga 9), sehingga angka-angka India di Eropa lebih dikenel sebagai angka Arab (Arabic Number). Di sampig itu, ulama Arab menciptakan ilmu tumbuh-tumbuhan untuk kepentingan obat-obatan sehingga melehirkan ilmu apotek dan farmasi.

 

  1. Perkembangan Ilmu Bahasa dan Sastra

Seperti pada waktu Umayyah di Damaskus, bahwa salah satu dari cirri dinasti Umayyah adalah Arabisasi (Arabize atau pengaraban). Seperti yang telah diutarakan oleh Ahmad Syalabi pernah menginformasikan bahwa bahasa Arab digunakan di Spanyol. Oleh karena itu, pada abad ke-9 M, sorang pendeta dari Sevilla menterjemahkan Taurat ke dalam bahgasa Arab, karena dapat dimenggerti oleh murid-muridnya, dan hampir diantara mereka tidak ada yang mampu membaca kitab suci mereka yang ditulis dalam bahasa latin. Al-Syiba’i menjelaskan karena sebagian penduduk setempat beragama Kristen lebih fasih berbahasa Arab daripada Orang Arab sendiri.

Pada zaman Umayyah di Cordova tercatat sejumlah ulama-ulama ,yang melahirkan karya-karya besar, diantaranya:

1)      Al-Zabadi (guru Ibn Quthiyah); dianhtara karyanya Mukhtsahar  al-Ayn, dan Akhbar al-Nahwiyn.

2)      Ali al-qali (tinggal di Cordova atas undangan Nashir pada tahumn 330 H/941 M), diantara karyana adalah al-‘Amali dan al-Nawadin.

3)      Ibn al-Quthiyah Abu Bakar Muhammad Ibn Umar (w.367 H/977 M). diantara karyanya adalah al-Af’al dan Fa’alla wa Af alat.

  1. Perkembangan Ilmu Musik

Perkembangan sastra dan syair mendorong juga pertbumbuhan ilmu musik dan ilmu music di Andalusia. Pada zaman Abd al-Rahman II al-Awsalt, Hsan Ibn Nafi (dikenal dengan nama Ziyab) Tiba di Cordova. Keahliannya di bidang musik Membekas hingga sekarang dan bahkan dianggap seebagai peletak dasar seni music Spanyol modern. Sigrid Hunke dan Abd al-Mun’im Maguid Mengimpormasikan bahwa ulama arablah yang memperkenalkan not lagu: do-re-mi-fa-sol-la si. Not itu diambil dari bunyi-bunyi huruf Arab.

  1. Perkembangan dalam Ilmu Fikih

Mazhab fikih yang berkembang di cordova adalah mazhab Maliki. Mazhab ini diperkenelkan oleh Ziyad Ibn Abd Rahman Ibn Abd Ziyad al-Lahmi pada Zaman Hisyam I Ibn Abd Rahman al-Dakhil. Beliau merupakan muri dari Imam Malik Ibn Annas si Madinah. Jejeknya kemudian diikuti oleh Yahya Ibn Yahya al-Laitsi dikenal denagnan mufti dinasti Umayyah.

Ulama besar di bidang fikih yang hidup pada zaman Umayyah adalah Abu Muhammad Ali Ibn Hazm(455H / 1063). Pda awalnya, beliau adalah pengikut Imam Syafi’i, kemudian kia pindah ke mazahab al-Zahiri. Disamping itu ia juga, yang memperkenalkan ajaran asy’ariah di Eropa. Dalam bidang fikih, Ibn Hazm menulis kitab al-ihkam fi Ushul al Hakam dan dalam bidang ilmu kalam, beliau menulis kitab al-Fash fi al-Milal wa Ahwa’fi al- Nihal. Menurut catatn sejarah, beliau menulis sekitar 400 buku tentang teolog, fikih, hadist dan puisi.  

 

D. Kontribusi Islam di Spanyol Terhadap Kemajuan Eropa

Zaman klasik (Eropa abad pertengahan, 600-1000M) adalah masa pencerahan Islam. Sebaliknya, zaman tersebut adalah masa kegelapan Eropa. Kegelapan (kemunduran) Eropa  disebabkan karena intervensi pihak Gereja terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat,baik politik, sains maupun pendidikan. Gerja menganggap ilmu dan filsafat Yunani berbahaya bagi agama Kristen. Oleh karena itu Gereja kemudian menutup institusi-institusi yang mengajarkan ilmu dan dilsafat Yunani (Hellenisme). Sementara itu, mengembangkannya sehingga amat berpengaruh terhadap kemajuan dunia Islam. Ibu berarti, Eropa menunggu selama empat abad lamanya untuk kembali membenahi peradabannya. Ini dilakukan setelah Eropa sadar sudah tertinggal jauh oleh peradaban Islam yang tinggi di Timur—yang banyak dipengaruhi pemikiran Yunani—dan melalui Spanyol, Sicilia dan perang Salib peradaban-peradaban itu sedikit demi sedikit ditransfer ke Eropa.

Di antara tiga saluran transformasi ilmu pengetahuandi atas, Spanyol merupakan saluran terpenting bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol yang berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya yang menolak filsafat Yunani, terutama dalam bidang pemikiran, ilmu pengetahuan, bangunan-bangunan fisik (lembaga) pendidikan dan peradabaan.

  1. Transfer Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan

Pemikiran Islam yang menonjol di Eropa ketika itu ialah pemikiran Ibnu Ruysd (1126-1198 M) –disamping pemikiran Ibnu Sina. Pemikiran Ibnu Rusyd telah melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berfikir. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, sehingga timbul gerakan Averoisme yang menuntut kebebasan berfikir di Eropa. Berawal dari gerakan ini, di Eropa muncul reformasi pada abad ke-16 yang diikuti rasionalisasi pada abad ke-17 M.

Proses transformasi pemikiran Ibnu Rusyd dan para pemikir Muslim lainnya dilakukan melalui dua jalur; pertama, interaksi langsung. Yakni, banyak para pelajar Kristen Eropa yang belajar pada universitas-universitas di Spanyol, seperti di Universitas Cordova, Sevilla, Granada, dan Malaga. Kedua, para pelajar tersebut aktif menerjemahkan buku-buku Ibnu Ruysd dan filosuf muslim lainnya. Karya yang diterjemahkan meliputi fisafat, ilmu pasti, kedokteran, dan lain-lain. Pusat penerjemahan berada di Toledo dan Sevilla. Di antara penerjemah yang paling aktif adalah Gerard yang berasal dari Skotlandia (1175-1234 M). Ia menerjemahkan karya Aristoteles yang dikomentari Ibnu Rusyd dengan judul “The History of Animal.

  1. Transformasi Institusi Pendidikan

Transformasi institusi pendidikan di Spanyol dilakuakan oleh pelajar Kristen di Eropa setelah mereka mendirikan sekolah-sekolah dan Universiatas denagan mengadaptasi model universitas-universitas di Cordova, Sevilla, Granada, Malaga, dan Salamanca baik dari sisitem manajemen maupun progaram yang dibuka. Denagn demikian dapat dikatakan, universitas-universitas di Eropa terbentuk dari peradaban Islam.

Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris, yan didirikan pada tahun 1231 , tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. Di zaman pertenganhan, di seluruh Eropa baru bisa dibangun 18 buah Universitas.

Penagaruh pemikiran, ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan khususnya pendidikan tinggi Islam atas Eropa yang sudar berlangsung sejak abad ke 12 M itu telahmemunculkan gerakan kembali (renaisans) pemikirtan Yunani di Eropa pada abad ke 14 M. Maka tidaklah salah kalau  dikatakan “Bangasa Arab Spanyol adalah guru bangsa Eropa, dan uni Spanyol adalah guru bangsa Eropa, dan Universitas Cordova, Toledo dan Sevilla berfungsi sebagai sumber asli kebudayaan Arab non Arab. Muslim, Kristen, Yahudi dan agama-agama lainnya”.s

 

  1. E.     PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN

 

  1. Konflik Islam dengan Kristen

Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.

  1. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun’ kepada mukalaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang sering menggerogoti  dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukan tidak adanya ideologi yang dapat memberimakna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

  1. Kesulitan Ekonomi

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

  1. Tidak Jelasnya Sistam Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan karena itulah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan oleh permasalahan ini.

  1. Keterpencilan

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecualidari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternafif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.

 

 

PERKEMBANGAN ISLAM DINASTI UMAYYAH DI ANDANDALUSIA (SPANYOL) SEBAGAI KELANJUTAN DARI DINASTI UMAYYAH DI SYIRIA Kamis, Mar 15 2012 

A. Berdirinya Dinasti Umayyah di Andalusia

1. Andalusia Sebelum Masuknya Islam

Andalusia atau Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) termasuk selatan Perancis sekarang) . Andalusia yang semula bernama Vandal pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi merupakan wilayah kekuasaan Romawi, tapi kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu. Kemudian setelah Witiza, Raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Kenaikan Roderick ini tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut kekuasaan mereka bekerja sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada Musa bin Nushair, Gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah Walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad, yang kemudian terkenal dengan selat Gibraltar atau Jabal Thariq.

Mendengar kemenangan Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan penyerangan terhadap Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka Musa menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga ke pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara akibat korban sepucuk surat.

2. Berkembangnya Islam di Andalusia

Setelah Itu Andalusia mulai ditaklukan oleh umat Islam pada zaman khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), dimana tentara Islam yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara ini terjadi pada masa Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), dimana dia mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Selanjutnya dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif bin Malik, Tariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Pada masa ini, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair, yang kemudian memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Sedangkan penaklukan atas wilayah Afrika Utara ini, dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid bin Abdul-Malik). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Visigoth dari rumpun Goth. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Bani Umayyah. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Al-Andalus.

Tharif  ibn Malik dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian mantan penguasa wilayah Septah. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik ini serta adanya kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoth yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirimkan lagi pasukan ke Al-Andalus sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad.

Tariq bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Moor yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al-Walid bin Abdul-Malik. Pasukan ini kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad, dan menguasai sebuah gunung dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq), kemudian di daerah ini membuat pertahanan serta tempat menyiapkan pasukan untuk memulai penaklukan. Dalam pertempuran yang dikenal dengan Pertempuran Guadalete, Raja Roderic dapat dikalahkan. Dari situ Thariq bin Ziyad dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota Visigoth saat itu). Sebelumnya Tariq bin Ziyad menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara, yang kemudian mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Tariq bin Ziyad seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Goth yang jauh lebih besar, 100.000 orang.

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan tersebut. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa bin Nushair berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth lainnya, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Tariq bin Ziyad di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pirenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, di antara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.

Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke  Lyon  tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.

Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah.

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Dinasti Umayyah, diperkirakan terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan

Umayyah di Damaskus, mereka adalah:

  1. Abdul Aziz bin Musa bin Nushair

Berkuasa selama 2 tahun (715-717 M). Pada masa ini dapat dikuasai beberapa wilayah seperti Evora, Santarem, Cainbra, Malaga, dan Ellira.

  1. Ayub bin Habib

Pada masa pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat pemerintahan.

  1. Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)
  2. Saman bin Malik Al-Chaulany (719-721 M)

 

  1. Anbasah (723-726 M)

Pada masa pemerintahannya ia berhasil menguasai wilayah Gallia, Setpimia dan terus ke lembah sungai Rhone.

  1. Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M)

Pada masa ini ia dapat menguasai Hertongdom dan Aquitania yang termasuk wilayah kekuasaan Prancis.

B. Pendiri Dinasti Umayyah di Cordova

Ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa, banyak pemuka yang mendukung pemerintahan Daulah Umayyah dan bani Umayyah dikejar-kejar serta ditangkap. Salah seorang yang selamat dari kejaran para pendukung Dinasti Bani Abbas adalah Abdurrrahman. Melalui Palestina dan Afrika Utara, ia berhasil memasuki wilayah Andalusia. Keberhasilannya tidak dicapai dengan mudah tetapi melalui usaha yang gigih, karena pada saat itu Andalusia diperintah oleh Yusuf bin Abdurrahman al-Fikry. Pada masanya banyak terjadi pertentangan antara sesama kabilah Arab serta bangsa Barbar. Pertentangan ini membuka peluang bagi Abdurrahman untuk ikut serta dalam percaturan politik saat itu, dan ia berhasil memperoleh pengikut yang banyak.

Masuknya Abdurrahman ke wilayah Andalusia membuat Yusuf marah. Ia berusaha mengusir Abdurrahman dari wilayah kekuasaannya itu. Akibat dari tindakan Yusuf itu Abdurrahman melakukan perlawanan, sehingga terjadi pertempuran antara keduanya di dekat Cordova pada tahun 139 H/ 758 M. Peperangan ini dimenangkan oleh Abdurrahman Al-Dakhil, dengan demikian ia memasuki Cordova dengan membawa kemenangan dan sejak saat itulah  Abdurrahman mendirikan kerajaan Islam di Andalusia.

 Karena keberhasilannya itulah ia diberi gelar Al-Dakhil, artinya orang yang berhasil memasuki wilayah Andalusia dan selamat dari kejaran pemerintah Daulah Abbasiyah. Sementara itu, Abu Ja’far al-Manshur memberinya gelar “Saqar Quraiys”, artinya Rajawali Quraiys yang mampu terbang jauh ke wilayah Eropa di Andalusia.

Masa Pemerintahan Amir-Amir Bani Umayyah

  1. Abdurrahman Al-Dakhil ( 757-788 M )

Setelah mendirikan kerajaan besar di Andalusia, langkah pertama yang dilakukannya adalah memperbaiki keadaan dalam negeri. Hampir seluruh usianya dipergunakan untuk memerangi lawan-lawannya seperti ancaman dari Abu Ja’far Al-Manshur (khalifahAbbasiyah kedua), perlawanan dari Raja Frank, Prancis, dan sebagainya. Setelah merasa aman barulah Abdurrahman melaksanakan pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Diantaranya adalah mendirikan Masjid Agung di Cordova, yaitu masjid Al-Hambra  dan setelah beliau wafat pembangunan kemudian dilanjutkan putranya Hisyam I. Abdurrahman wafat di usianya yang ke-61 dan ia telah memerintah selama kurang lebih 31 tahun lamanya.

  1. Hisyam bin Abdurrahman ( 796-822 M )

Beliau seorang yang salih dan adil. Dalam bidang pendidikan ia sangat mengutamakan sehingga lahirlah jabatan hakim (Qadli). Dan di bidang pembangunan ia menyelesaikan Mesjia Raya Cordova.

  1. Hakam I bin Hisyam ( 796-822 M )

Tabiatnya sangat berbeda dengan ayahnya, ia suka sekali berbuat maksiat terhadap rakyatnya, sehingga banyak terjadi pemberontakan pada saat itu.

  1. Abdurrahman II / Al-Ausath ( 822-852 M )

Beliau dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu, usaha-usaha yang dilakukannya  pun begitu banyak baik di bidang politik, ekonomi, maupun pembangunan.

C. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol

  1. Kemajuan Institusi Pendidikan dan Pembangunan Fisik

Orang-orang Arab di Spanyol merupakan pembawa obor kebudyaan dan peradaban antara abad ke-8 sampai abad ke-13. Usaha ini diawali oleh Abdurrahman Ad-Dakhil yang mengonsentrasikan pembangunannya pada bidang administrasi Negara, militer dan pendidikan. Konsentrasinya dalam bidang pendidikan diwujudkan dalam membangun Mesjid Cordoba sebagai pusat pengetahuan dan kebudayaan yang palin penting di Eropa. Perhatian pada kesusutaraan menarik banyak cendikiawan mendatangi istananya. Diantara tokoh pujangga yang tertarik dalam bidang pengetahuan adalah Abi al-Mutasya, Musa al-Mawari, Isa bin Dinar, Yahya bin Yahya, Said Hasan.

Usaha Ad-Dakhil dilanjutkan bdurrahman II (822-8520 M) yang didalamnya merupakan masa damai, cemerlang dan sejahtera. Ia merasa cinta akan kesenia dan kesustraan, mencintai masyarakat yang berbakat dan berilmu. Ia banyak melekukan pembangunan fisik (sar na umum) seperti jalan pasar dan mesjid seta fasilitas yang terkait denganbidang arsitektur. Dalam bidang pertanian Spanyol sudah mengenal saluran irigasi, sehingga mereka dapat mengolah kebun denagan mudah dan subur. Kemajuan dalam bidng ini membawa kemekmuran dan kesejahteraan kepada masyarakat.

Karena kemjuan ekonomi, Spanyok telah membangun kota yang megah yang dijadikan sebagai monumen, seperti pembanguna gedung-gedung denagn arsitektur terkemuka pada zamannyadan masih dikagumi hingga saat in seperti Mesjid Cordova, kota Al-Zahra,Istana Ghafiriyah dan sebagainya. Dalam bidang industri yang merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol telah dibangun dan diproduksi antara lain tekstil, bahan kulit, logam, dan barang-barang tembikar.

Abdurrahman II, pada tahun 929 M menyempurnkan fungsi Mesjid Cordova . Al-Hakam yang memerintah pada tahun 961-976 M mendirikan Universitas Cordova berdampingan dengan Mesjid Aburrahman III yang selanjutnya tumbuh menjadi perguruan tinggi tekenal diantara jajaran pendidikan tinggi lainnya di dunia. Universitas ini menendinggi Universitas Al-Azhar Mesirdan madrasah Nidzamiyah di Baghda, serta menarik perhatian para pelajar tidak hanya dari spanyol saja, tetapi juga dari wilayah lain di Eropa Afrika, an Asia.

Universitas Cordova menampung sekitar emat juta buku. Membuka berbagai jurusan seperti astronomi. Matemetika, kedokteran, teologi dan hukum. Jumlah mahasiswanya mencapai ribuan orang Selain itu di Spanyol juga terdapat Universitas Sevilla, Malaga dan juga Universitas Granada. Ziauddin Alavi mengemukakan bahwa Spanyol di masa itu wilayah dunia islam yang menyediakan literatur dalam jumlah yang amat besar. Bahkan menurut Al-Dala’I, di Spanyol terdapat  491 mesjid yang menyegarkan akvitas pendidikan.

  1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburannya mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi, yang pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Komunitas pluralnya terdiri atas Komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), Al-muwahiddun (Orang-orang Spanyol yan g masuk Islam), Barbar (Orang Islam dari Afrika Utara dan Marokko), Yahudi dan Kristen. Semua komnitas tersebut, kecuali Kristen yang masih menentang Islam, memberiakn sumbangan intelektual bagi terbentuknya kebudayaan Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan  fisik di Spanyol.

Diantaranya kemajuan di bidang pengetahuan adalah di bidang Bidang Filsafat  dan Eksakta yang diuraikan di paragraph di bawah ini.

Pada abad 4-5 H, para pelajar Andalusia banyak yang belajar filsafat ke Bagdad. Diantara mereka adalah Abu al-Qasim  Maslammah Ibn Admad al-Majriti. Ia belajar manuskrip-manuskrip Arab dan Yunani, kemudian mengembangkan ilmu yang diperolehnya di Andalusia. Ia berjasa dalam bidang ilmu metematika, kedokteran,  dan kimia, dan ia merupakan ulama pertama yang mengajarkan Rasail Ikhwal al-Shafa di Eropa.

Perkembangan filsafat mendorong berkembangnya ilmu eksakta, antara lainnya matematika. Ilmu pasti yang dikembanglkan orang Arab berpangkal dari buku India, yaitu Sinbad  yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari pada tahun 154 H/ 771 M. Denagn perantara penerjemehen buku ini, kemudian Nasawi (pakar matemetika) memperkenalkan angka-angka India (0, 1,2 hingga 9), sehingga angka-angka India di Eropa lebih dikenel sebagai angka Arab (Arabic Number). Di sampig itu, ulama Arab menciptakan ilmu tumbuh-tumbuhan untuk kepentingan obat-obatan sehingga melehirkan ilmu apotek dan farmasi.

 

  1. Perkembangan Ilmu Bahasa dan Sastra

Seperti pada waktu Umayyah di Damaskus, bahwa salah satu dari cirri dinasti Umayyah adalah Arabisasi (Arabize atau pengaraban). Seperti yang telah diutarakan oleh Ahmad Syalabi pernah menginformasikan bahwa bahasa Arab digunakan di Spanyol. Oleh karena itu, pada abad ke-9 M, sorang pendeta dari Sevilla menterjemahkan Taurat ke dalam bahgasa Arab, karena dapat dimenggerti oleh murid-muridnya, dan hampir diantara mereka tidak ada yang mampu membaca kitab suci mereka yang ditulis dalam bahasa latin. Al-Syiba’i menjelaskan karena sebagian penduduk setempat beragama Kristen lebih fasih berbahasa Arab daripada Orang Arab sendiri.

Pada zaman Umayyah di Cordova tercatat sejumlah ulama-ulama ,yang melahirkan karya-karya besar, diantaranya:

1)      Al-Zabadi (guru Ibn Quthiyah); dianhtara karyanya Mukhtsahar  al-Ayn, dan Akhbar al-Nahwiyn.

2)      Ali al-qali (tinggal di Cordova atas undangan Nashir pada tahumn 330 H/941 M), diantara karyana adalah al-‘Amali dan al-Nawadin.

3)      Ibn al-Quthiyah Abu Bakar Muhammad Ibn Umar (w.367 H/977 M). diantara karyanya adalah al-Af’al dan Fa’alla wa Af alat.

  1. Perkembangan Ilmu Musik

Perkembangan sastra dan syair mendorong juga pertbumbuhan ilmu musik dan ilmu music di Andalusia. Pada zaman Abd al-Rahman II al-Awsalt, Hsan Ibn Nafi (dikenal dengan nama Ziyab) Tiba di Cordova. Keahliannya di bidang musik Membekas hingga sekarang dan bahkan dianggap seebagai peletak dasar seni music Spanyol modern. Sigrid Hunke dan Abd al-Mun’im Maguid Mengimpormasikan bahwa ulama arablah yang memperkenalkan not lagu: do-re-mi-fa-sol-la si. Not itu diambil dari bunyi-bunyi huruf Arab.

  1. Perkembangan dalam Ilmu Fikih

Mazhab fikih yang berkembang di cordova adalah mazhab Maliki. Mazhab ini diperkenelkan oleh Ziyad Ibn Abd Rahman Ibn Abd Ziyad al-Lahmi pada Zaman Hisyam I Ibn Abd Rahman al-Dakhil. Beliau merupakan muri dari Imam Malik Ibn Annas si Madinah. Jejeknya kemudian diikuti oleh Yahya Ibn Yahya al-Laitsi dikenal denagnan mufti dinasti Umayyah.

Ulama besar di bidang fikih yang hidup pada zaman Umayyah adalah Abu Muhammad Ali Ibn Hazm(455H / 1063). Pda awalnya, beliau adalah pengikut Imam Syafi’i, kemudian kia pindah ke mazahab al-Zahiri. Disamping itu ia juga, yang memperkenalkan ajaran asy’ariah di Eropa. Dalam bidang fikih, Ibn Hazm menulis kitab al-ihkam fi Ushul al Hakam dan dalam bidang ilmu kalam, beliau menulis kitab al-Fash fi al-Milal wa Ahwa’fi al- Nihal. Menurut catatn sejarah, beliau menulis sekitar 400 buku tentang teolog, fikih, hadist dan puisi.  

 

D. Kontribusi Islam di Spanyol Terhadap Kemajuan Eropa

Zaman klasik (Eropa abad pertengahan, 600-1000M) adalah masa pencerahan Islam. Sebaliknya, zaman tersebut adalah masa kegelapan Eropa. Kegelapan (kemunduran) Eropa  disebabkan karena intervensi pihak Gereja terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat,baik politik, sains maupun pendidikan. Gerja menganggap ilmu dan filsafat Yunani berbahaya bagi agama Kristen. Oleh karena itu Gereja kemudian menutup institusi-institusi yang mengajarkan ilmu dan dilsafat Yunani (Hellenisme). Sementara itu, mengembangkannya sehingga amat berpengaruh terhadap kemajuan dunia Islam. Ibu berarti, Eropa menunggu selama empat abad lamanya untuk kembali membenahi peradabannya. Ini dilakukan setelah Eropa sadar sudah tertinggal jauh oleh peradaban Islam yang tinggi di Timur—yang banyak dipengaruhi pemikiran Yunani—dan melalui Spanyol, Sicilia dan perang Salib peradaban-peradaban itu sedikit demi sedikit ditransfer ke Eropa.

Di antara tiga saluran transformasi ilmu pengetahuandi atas, Spanyol merupakan saluran terpenting bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol yang berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya yang menolak filsafat Yunani, terutama dalam bidang pemikiran, ilmu pengetahuan, bangunan-bangunan fisik (lembaga) pendidikan dan peradabaan.

  1. Transfer Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan

Pemikiran Islam yang menonjol di Eropa ketika itu ialah pemikiran Ibnu Ruysd (1126-1198 M) –disamping pemikiran Ibnu Sina. Pemikiran Ibnu Rusyd telah melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berfikir. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, sehingga timbul gerakan Averoisme yang menuntut kebebasan berfikir di Eropa. Berawal dari gerakan ini, di Eropa muncul reformasi pada abad ke-16 yang diikuti rasionalisasi pada abad ke-17 M.

Proses transformasi pemikiran Ibnu Rusyd dan para pemikir Muslim lainnya dilakukan melalui dua jalur; pertama, interaksi langsung. Yakni, banyak para pelajar Kristen Eropa yang belajar pada universitas-universitas di Spanyol, seperti di Universitas Cordova, Sevilla, Granada, dan Malaga. Kedua, para pelajar tersebut aktif menerjemahkan buku-buku Ibnu Ruysd dan filosuf muslim lainnya. Karya yang diterjemahkan meliputi fisafat, ilmu pasti, kedokteran, dan lain-lain. Pusat penerjemahan berada di Toledo dan Sevilla. Di antara penerjemah yang paling aktif adalah Gerard yang berasal dari Skotlandia (1175-1234 M). Ia menerjemahkan karya Aristoteles yang dikomentari Ibnu Rusyd dengan judul “The History of Animal.

  1. Transformasi Institusi Pendidikan

Transformasi institusi pendidikan di Spanyol dilakuakan oleh pelajar Kristen di Eropa setelah mereka mendirikan sekolah-sekolah dan Universiatas denagan mengadaptasi model universitas-universitas di Cordova, Sevilla, Granada, Malaga, dan Salamanca baik dari sisitem manajemen maupun progaram yang dibuka. Denagn demikian dapat dikatakan, universitas-universitas di Eropa terbentuk dari peradaban Islam.

Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris, yan didirikan pada tahun 1231 , tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. Di zaman pertenganhan, di seluruh Eropa baru bisa dibangun 18 buah Universitas.

Penagaruh pemikiran, ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan khususnya pendidikan tinggi Islam atas Eropa yang sudar berlangsung sejak abad ke 12 M itu telahmemunculkan gerakan kembali (renaisans) pemikirtan Yunani di Eropa pada abad ke 14 M. Maka tidaklah salah kalau  dikatakan “Bangasa Arab Spanyol adalah guru bangsa Eropa, dan uni Spanyol adalah guru bangsa Eropa, dan Universitas Cordova, Toledo dan Sevilla berfungsi sebagai sumber asli kebudayaan Arab non Arab. Muslim, Kristen, Yahudi dan agama-agama lainnya”.s

 

  1. E.     PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN

 

  1. Konflik Islam dengan Kristen

Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.

  1. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun’ kepada mukalaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang sering menggerogoti  dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukan tidak adanya ideologi yang dapat memberimakna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

  1. Kesulitan Ekonomi

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

  1. Tidak Jelasnya Sistam Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan karena itulah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan oleh permasalahan ini.

  1. Keterpencilan

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecualidari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternafif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.

 

 

Hello world! Rabu, Mar 14 2012 

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.